ARDA BLOGGING SUCCESS:
| Arda News Success | Blogging Success | Wisdom Business | Quantum Writers | Inspiring Intelligence | Mosquito & Public Health | Getting Rich | Writers Success | Sprituality Health | Farmakologi | Sanitary | Physiology | House Keeping | Pollution News | Photografy|
"Zero Waste" Lingkungan Sehat Berbasis Kreativitas
PROBLEMA sampah di Kota Bandung kian tak ada habisnya. Sepertinya, semua harus dikembalikan pada kesadaran perilaku warganya. Fakta dari riset menyatakan, hanya 10 persen warga Kota Bandung yang melakukan proses 3R (reduce, reuse, recycle) atau "Mengurangi, Menggunakan Kembali, Mendaur Ulang". Sementara itu, sisanya tidak peduli dan tetap membuang sampah sembarangan, atau menyerahkan pada tukang sampah yang lalu menumpuk di TPSS (tempat pembuangan sampah sementara) dan TPSA (tempat pembuangan sampah akhir) karena tidak ada pengelolaan lebih lanjut.
Jika diibaratkan, berat sampah di Kota Bandung per hari setara dengan berat 1.000 ekor gajah. Atau, sampah plastiknya jika dijejerkan dapat menutupi 50 lapangan sepak bola dan sampah kertasnya setara dengan bubur kertas dari tebangan 500 pohon.
Jalan terbaik untuk menangani sampah harus dimulai dari diri sendiri dan lingkungan terdekat yaitu keluarga. Menurut Supardiyono Sobirin, seorang pemerhati lingkungan, sudah saatnya setiap keluarga menggalakan "Zero Waste" bagi sampah rumah tangga yang dihasilkannya setiap hari. Sekilas, hal tersebut nampak tidak mungkin. Namun dengan sedikit wawasan dan kreativitas, setiap anggota keluarga dapat menjadi penyelamat lingkungan terdekatnya.
Konsep Zero Waste pada intinya melarang membuang sampah rumah tangga keluar rumah melainkan harus diproses sendiri. Jika konsep Zero Waste ini telah berjalan, akan mengurangi problem sampah Kota Bandung hingga 50 persen. Untuk itu diperlukan adanya "kelembagaan sampah", yang disebut Supardiyono sebagai kunci sukses terlaksananya Zero Waste. Kelembagaan ini akan menunjuk penanggung jawab sampah keluarga biasanya dibebankan pada para pembantu rumah tangga (PRT).
"Sebaiknya, yang menjadi penanggung jawab sampah adalah orang yang memiliki `kuasa besar` baik di rumah maupun di RT/RW setempat. Dan yang juga penting adalah kontinuitas pengelolaan sampah. Karena lengah sebentar saja, sampah akan kembali menumpuk dan akan sukar dikendalikan. Maka dari itu, perlu manajemen kontrol yang baik dan kejelasan tugas, hak, wewenang, dan penanggung jawab setiap warga," tutur Supardiyono.
Hal termudah yang dapat dilakukan setiap orang adalah memilah sampah rumah tangga setiap harinya. Produksi sampah normal rata-rata 1-2 kg per hari, dan hanya membutuhkan waktu paling lama 30 menit untuk menyeleksi jenis sampah-sampah tersebut. Sampah harus dipisahkan antara sampah organik (sisa makanan atau sayuran), anorganik plastik, dan anorganik kertas.
Banyaknya sampah anorganik tiap hari rata-rata seperempat dari total sampah rumah tangga. Jika telah menyeleksi sampah anorganik plastik, sampah harus dicuci bersih dan dijemur hingga kering sebelum diolah untuk meminimalisir timbulnya penyakit. Sampah-sampah itu kemudian dapat disimpan dalam tong untuk diproses menjadi pelet plastik atau seni kriya lainnya seperti tas, sandal, dan payung yang terbuat dari bungkus deterjen.
Sedangkan sampah anorganik kertas dapat dijadikan bubur kertas dalam tong untuk kemudian diproses menjadi kertas daur ulang. Beberapa waktu terakhir, kriya dari jenis sampah anorganik banyak diminati masyarakat lokal bahkan hingga ke luar negeri. Dan disinilah daya kreativitas diperlukan untuk mengubah sampah menjadi barang berguna ataupun menjadi komoditas produksi.
Sampah organik rata-rata berjumlah tiga perempat dari total sampah rumah tangga harian. Dan penanganannya melalui pengomposan sudah banyak diketahui masyarakat. Namun yang belum diketahui masyarakat adalah beragamnya cara untuk membuat kompos itu sendiri. Sebaiknya, membuat kompos dari sampah rumah tangga tidak memakan biaya cukup besar dan mudah dilakukan setiap anggota keluarga.
Mikroorganisme lokal
Mikroorganisme lokal (MOL) adalah aktivator atau starter kompos yang diperlukan untuk mempercepat pengomposan namun dibuat sendiri dan berasal dari sampah organik rumah tangga. Keunggulanan penggunaan MOL tentu saja karena murah meriah tanpa biaya. Beberapa di antaranya memakai prosedur fermentasi sampah dapur yang mudah membusuk, bonggol pisang yang dilumatkan dan dicampur air kelapa, maupun cara mudah membuat starter dengan bahan tapai (peuyeum, sunda-red.) yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
Satu kilogram tapai yang dilumatkan, seperempat terasi yang paling murah, dan setengah kilogram gula pasir dimasukkan dalam wadah berukuran 40 liter lalu dicampur dengan 30 liter air. Kemudian `adonan` diaduk rata dalam kondisi terbuka atau jika ditutup harus tetap ada ventilasi udara. Setelah itu, dibiarkan selama 5-7 hari sebelum MOL dipakai untuk pengomposan.
Pengomposan aerob
Pengomposan adalah proses dekomposisi yang dilakukan oleh mikroorganisme terhadap buangan organik yang biodegradable (dapat didegradasi). Jika dilihat dari ketersediaan oksigen, pengomposan dapat dibedakan menjadi pengomposan anaerob dan aerob. Pengomposan aerob lebih banyak dilakukan karena tidak menimbulkan bau, waktu pengomposan lebih cepat, temperatur proses pembuatannya tinggi sehingga dapat membunuh bakteri patogen dan telur cacing, sehingga kompos yang dihasilkan lebih higienis. Sementara itu, pengomposan anaerob tidak menghasilkan panas melainkan biogas untuk sumber energi.
Selain itu, pembuatan kompos aerob sangat tepat untuk golongan rumah tangga. Bahan-bahan pembuatannya mudah didapat misalnya sampah dapur organik, dedaunan berwarna hijau, dan dedaunan kering berwarna coklat. Proses pengomposan aerob dapat dijelaskan sebagai berikut.
Bahan-bahan kompos dipotong kecil dengan ukuran 3-5 cm hingga berjumlah minimal setengah meter kubik kemudian ditaruh di dalam karung berlubang. Jumlah dedaunan hijau dan coklat harus seimbang karena fungsi daun hijau sebagai sumber Nitrogen (N), dan daun coklat sebagai sumber Karbon (C). Setelah itu, MOL disemprotkan tiga hari sekali secukupnya seraya diaduk agar panas merata.
Pada minggu pertama akan terjadi proses suhu naik dan menjadi hangat atau bahkan panas. Namun minggu kedua dan ketiga panas mulai menurun, pada minggu keempat kompos bisa dipanen. Setelah 1 bulan, kompos sudah dapat dimanfaatkan setelah sebelumnya diayak terlebih dahulu untuk membuang butiran besar. Untuk tanaman dalam pot, rasio penggunaan kompos adalah dua bagian berbanding satu bagian tanah.
Komposter kreatif
Sebaiknya untuk membuat kompos rumahan dapat menggunakan komposter (alat atau tempat membuat kompos) yang juga mudah digunakan. Komposter paling mudah adalah menggunakan karung. Sampah organik hijau, coklat, dan sampah dapur ditambahkan MOL dan juga kotoran hewan lalu dimasukkan dalam karung. Karung kemudian diikat dan setelah satu bulan kompos sudah siap pakai. Selama satu bulan, karung dibolak balik agar pengomposan merata.
Komposter bisa juga menggunakan lubang kalakay atau lubang penampung dedaunan kering yang bisa dibuat di tanah pekarangan. Lubang yang berukuran 1 x 1 meter dan kedalaman sekitar 1 meter ini sangat efektif karena kita tinggal mengumpulkan dedaunan ke dalamnya lalu pengomposan terjadi sendirinya.
Komposter lainnya adalah komposter bata terawang yang terbuat dari susunan bata yang bagian atasnya dibiarkan terbuka dan bagian bawahnya terbuat dari beton yang berfungsi untuk mengambil kompos. Bahan kompos dan MOL yang telah diaduk rata dimasukkan dalam komposter ini, bagian atasnya ditutupi karung kerancang untuk mengurangi penguapan.
Salah satu modifikasi komposter adalah keranjang takakura. Keranjang sakti ini adalah suatu alat pengomposan sampah organik untuk skala rumah tangga. Yang menarik dari adalah bentuknya yang praktis, bersih dan tidak berbau, sehingga sangat aman digunakan di rumah. Keranjang ini disebut masyarakat sebagai keranjang sakti karena kemampuannya mengolah sampah organik sangat baik.
Keranjang Takakura dirancang untuk mengolah sampah organik di rumah tangga. Sampah organik setelah dipisahkan dari sampah lainnya, diolah dengan memasukkan sampah organik tersebut ke dalam keranjang sakti Takakura. Bakteri yang terdapat dalam starter kit pada keranjang Takakura akan menguraikan sampah menjadi kompos, tanpa menimbulkan bau dan tidak mengeluarkan cairan. Inilah keunggulan pengomposan dengan keranjang Takakura. Karena itulah keranjang Takakura disukai oleh ibu-ibu rumah tangga.
Jangan ragu membuat
kompos sendiri
Tidak ada aturan yang paling baku untuk membuat kompos. Beberapa masalah yang mempengaruhi hasil akhir pengomposan di antaranya, hasil akhir pengomposan berbau amonia, penyebabnya adalah terlalu banyak bahan hijau sehingga kadar N tinggi. Solusinya, bisa menambahkan bahan cokelat dan memasukkan lebih banyak udara segar.
Jika kompos menggumpal, berbau asam, tengik, atau bau telur busuk, itu karena kurang udara dan terlalu lembap. Solusinya bisa memasukkan udara segar, menambahkan bahan coklat, sambil komposter dibolak balik hingga bau tak sedap hilang.
Jika kompos kering, penyebabnya adalah kurang air. Untuk itu, kompos dapat dibasahi dengan air sambil diaduk. Jika kompos tidak panas atau hanya panas di bagian tengah, itu karena komposter terlalu kecil untuk menampung bahan kompos. Maka dari itu, bisa memperbesar komposter yang idealnya berukuran satu meter kubik.
Dan jika pengomposan tidak mengubah apa-apa, itu karena tidak cukup oksigen, nitrogen, dan kurang lembap. Solusinya, pastikan bahan hijau dan nitrogen tercukupi lalu tambahkan air sebelum dibolak-balik dan ditunggu selama satu bulan.
Kompos yang telah dibuat sendiri selain bisa dijual, juga dapat digunakan untuk bercocok tanam di pekarangan sendiri. Bahkan sekarang ini ada metode SRI (system rice intensification) yang tidak perlu lahan yang luas untuk memanen padi, bahkan di dalam pot pun setiap orang bisa menanam padi. (Eva Fahas)***
Sumber: PR, 17 Juli 2007
16 July 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
BLOG IS MY SALESMAN ARDA DINATA: | PULSA KEKAYAAN GRATIS | Arda News Success | Blogging Success | Wisdom Business | Quantum Writers | Inspiring Intelligence | Mosquito & Public Health | Getting Rich | Writers Success | Sprituality Health | Farmakologi | Sanitary | Physiology | House Keeping | Pollution News | Photografy| | ARDA EKLIPING INDONESIA | Cara Menjadi Kaya | Dunia Kesehatan Spritual | Dunia Pustaka dan Referensi | Dunia Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang | Dunia Kesehatan Lingkungan | ALIFIA E-Clipping and Reviewing | Reuse News Indonesia | ARDA Reseller News | Rahasia Penulis Sukses | Reseller News Indonesia | |
MENU ARDA EKLIPING INDONESIA: | BERANDA KLIPING | KLIP IPTEK | KLIP PSIKOLOGI | KLIP WANITA | KLIP KELUARGA | KLIP ANAK CERDAS | KLIP BELIA & REMAJA | KLIP GURU & PENDIDIKAN | KLIP HIKMAH & RENUNGAN | |
MENU HIDUP SEHAT DAN KAYA: | Dunia Spritual dan Kesehatan | Rahasia Menjadi Kaya | Dunia Reseller | Reuse News | Pustaka Bisnis | |
MENU ARDA PENULIS SUKSES: | Inspirasi Penulis | Rahasia Penulis | Media Penulis | Sosok Penulis | Pustaka Penulis | |
MENU AKADEMI PEMBERANTASAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG: | Dunia P2B2 | Dunia NYAMUK | Dunia LALAT | Dunia TIKUS | Dunia KECOA | Pustaka P2B2 | |
MENU AKADEMI KESEHATAN LINGKUNGAN: | Inspirasi ARDA | Dasar KESLING | P.Sampah | Tinja & Aair Limbah | Binatang Pengganggu | Rumah & Pemukiman Sehat | Pencemaran Lingkungan Fisik | HYPERKES | Hygiene Sanitasi Makanan | Sanitasi Tempat Umum | Air Bersih | Pustaka Kesehatan | |
MIQRA INDONESIA GROUP Kantor Pusat: Jl. Raya Panganadaran Km.3 Pangandaran Ciamis 46396 Telp. (0265) 630058 Copyright © 2006-2010, Miqra Indonesia, Email : miqra_indo@yahoo.co.id Homepage : http://www.miqra.blogspot.com/ Design by Arda Dinata, Wong Tempel Kulon - Kec. Lelea - Kab. Indramayu - Indonesia |
No comments:
Post a Comment